ABSTRAK
Ikha Idfikhoda. Bimbingan dan
Konseling
Masa remaja
adalah masa transisi atau peralihan dalam kehidupan seorang individu, maka pada
masa ini rentan pula segala yang terjadi dalam kehidupan individu dalam proses
perkembangan pribadinya. Tidak terkecuali pula keadaan dalam lingkungan
keluarganya, terutama apabila individu berada dalam lingkungan keluarga yang brokenhome.
Tujuan dari
penulisan karya ilmiah ini adalah untuk: (1) mengetahui tentang keluarga
brokenhome (2) mengetahui faktor-faktor penyebab keluarga brokenhome (3) mengetahui
dampak keluarga brokenhome terhadap perkembangan anak.
Pengaruh keadaan
keluarga brokenhome terhadap perkembangan anak banyak dipengaruhi oleh beberapa
faktor. Relatif anak-anak yang tumbuh dalam lingkungan keluarga brokenhome, mereka akan tumbuh menjadi
individu yang memiliki kepribadian kurang sehat, kemudian dalam perkembangan
emosi anak-anak yang berada dalam lingkungan keluarga brokenhome mereka
cenderung merasa tidak nyaman dan kurang
bahagia. Kemudian hal tersebut juga akan berpengaruh pada perkembangan sosial
remaja karena dari keluarga remaja menampilkan bagaiman cara bergaul dengan
teman masyarakat.
Kata kunci: brokenhome, perkembangan anak.
PENDAHULUAN
Latar belakang
Sebagai
makhluk sosial, mungkin tidak jarang ditemui seorang anak remaja yang frustasi
atau depresi karena beragam masalah yang muncul dengan alasan, faktor utama
adalah orang tua. Dalam kehidupan remaja, tak asing lagi dengan kata “Broken Home” atau keluarga yang tidak
harmonis. Kata inilah yang biasanya menyelimuti rasa takut para remaja saat
ini, ketika kedua orang tua mereka sedang berbeda pendapat atau berselisih
paham. Maka remaja merupakan masa dimana seorang sedang mengalami saat kritis
sebab ia akan menginjak ke masa dewasa.
Remaja juga disebut sebagai masa
peralihan. Dalam masa peralihan itu pula remaja sedang mencari identitasnya.
Dalam proses perkembangan yang serba sulit dan masa-masa membingungkan dirinya,
remaja membutuhkan perhatian dan bantuan dari orang yang dicintai dan dekat
dengannya terutama orang tua atau keluarganya. Seperti yang telah diketahui
bahwa fungsi keluarga adalah memberi pengayoman sehingga menjamin rasa aman
maka dalam masa kritisnya remaja sungguh-sungguh membutuhkan realisasi fungsi
tersebut.
Tujuan
1. Mengetahui
tentang keluarga brokenhome.
2. Mengetahui
faktor-faktor penyebab keluarga brokenhome.
3.
Mengetahui dampak keluarga brokenhome
terhadap perkembangan anak.
LANDASAN
TEORI
Ulwan (2002) mengatakan bahwa yang dimaksud dengan
keluarga broken home adalah keluarga
yang mengalami disharmonis antara ayah dan ibu. Pernyataan Ulwan ini dipertegas
oleh Atriel (2008) yang mengatakan bahwa “broken home” merupakan suatu
kondisi keluarga
yang tidak harmonis dan orang tua tidak lagi dapat menjadi tauladan yang baik
untuk anak-anaknya. Bisa jadi mereka bercerai, pisah ranjang atau keributan
yang terus menerus terjadi dalam keluarga.
Kondisi
keluarga yang tidak harmonis ini akan memberikan dampak yang negatif terhadap
perilaku anak. Gerungan (2009) mengemukakan bahwa sebagian besar anak-anak delinkuensi
berasal dari keluarga yang sudah tidak untuh strukturnya, 51.16% anak-anak
delinkuensi berasal dari keluarga yang-karena
suatu sebab- tidak utuh kembali (broken home).
Maka secara garis besar yang dimaksud
broken home ialah keadaan di dalam keluarga dimana tidak terdapat keharmonisan
sehingga timbul situasi yang tidak kondusif dan tidak terdapat rasa nyaman
dalam sebuah keluarga.
PEMBAHASAN
Sebuah
penelitian yang dilakukan di University of California, Los Angeles setelah
mempelajari masalah dalam (kurang lebih) 2000 keluarga, membuktikan bahwa anak
tetap menjadi korban ‘empuk’ dalam pertikaian rumah tangga.
Efek
pertikaian ini, biasanya akan membuat anak cenderung melakukan hal-hal negatif
diluar kebiasaannya. Ketidakstabilan emosi yang disebabkan, akan membuat anak
mencoba menggunakan obat-obatan terlarang, mengonsumsi alkohol hingga melakukan
seks bebas.
Untuk
itu, berdasarkan observasi yang telah dilakukan selama 30 tahun, menyatakan
bahwa kedua orangtua yang sudah tak lagi saling mencintai, sebaiknya jangan
pernah hidup bersama dalam satu atap.
Hal
ini hanya akan menyakiti hati dan mental sang anak. Seorang anak yang
terus-menerus melihat pertengkaran orangtuanya, bisa menderita kelainan secara
psikis dan gangguan perilaku, saat berhubungan dengan orang lain.
Profesor Kelly Musick, sekaligus
penulis buku “Are Both Parents Always Better than One? Parental Conflict and
Young Adult Well-Being”, mengungkap bahwa seorang anak yang terlahir dan besar
dalam keluarga penuh konflik, cenderung menjadi bodoh secara akademis, dan tak
sedikit juga yang akhirnya putus sekolah. Ironisnya, dalam usia belia, mereka
sudah mencoba untuk merokok, minum alkohol dan melakukan penyimpangan secara
seksual.
Faktor-Faktor Penyebab
Keluarga Broken Home
1.
Terjadinya perceraian
Faktor
pertama adanya disorientasi tujuan suami istri dalam membangun mahligai rumah tangga,
faktor kedewasaan yang mencakup intelektualitas, emosionalitas, dan kemampuan
mengelola dan mengatasi berbagai masalah keluarga, pengaruh perubahan dan norma
yang berkembang di masyarakat.
2. Ketidak
dewasaan sikap orang tua
Ketidakdewasaan
sikap orang tua salah satunya dilihat dari sikap egoisme dan egosentrime.
Egoisme adalah suatu sifat buruk manusia yang mementingkan dirinya sendiri.
Sedangkan egosentrisme adalah sikap yang menjadikan dirinya pusat perhatian
yang diusahakan oleh seseorang dengan segala cara.
3. Orang
tua yang kurang memiliki rasa tanggung jawab
Tidak
bertanggungjawabnya orang tua salah satunya masalah kesibukan. Kesibukan adalah
satu kata yang telah melekat pada masyarakat modern di kota-kota. Kesibukannya
terfokus pada pencarian materi yaitu harta dan uang.
4. Jauh
dari Tuhan
Segala
sesuatu keburukan perilaku manusia disebabkan karena dia jauh dari Tuhan. Sebab
Tuhan mengajarkan agar manusia berbuat baik. Jika keluarga jauh dari Tuhan dan
mengutamakan materi dunia semata maka kehancuran dalam keluarga itu akan
terjadi.
5. Adanya
masalah ekonomi
Dalam
suatu keluarga mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan rumah tangga. Istri
banyak menuntut hal-hal di luar makan dan minum. Padahal dengan penghasilan
suami sebagai buruh lepas, hanya dapat memberi makan dan rumah petak tempat
berlindung yang sewanya terjangkau.
6.
Kehilangan kehangatan di dalam keluarga antara orang tua dan anak
Kurang
atau putus komunikasi diantara anggota keluarga menyebabkan hilangnya
kehangatan di dalam keluarga antara orang tua dan anak. Faktor kesibukan
biasanya sering dianggap penyebab utama dari kurangnya komunikasi.
7. Adanya
masalah pendidikan
Masalah pendidikan sering menjadi
penyebab terjadinya broken home. Jika pendidikan agak lumayan pada suami istri
maka wawasan tentang kehidupan keluarga dapat dipahami oleh mereka.
Dampak Keluarga Broken
Home pada Perkembangan Anak
1.
Perkembangan Emosi
Menurut Hather Sall (dalam Elida
Prayitno 2006: 96) “Emosi merupakan situasi psikologi yang merupakan pengalaman
subjektif yang dapat dilihat dari reaksi wajah dan tubuh”. Perceraian adalah
suatu hal yang harus dihindarkan, agar emosi anak tidak menjadi terganggu.
Perceraian adalah suatu penderitaan atau pengalaman traumatis bagi anak
(Singgih,1995: 166).
Adapun dampak pandangan keluarga broken
home terhadap perkembangan emosi remaja menurut Wilson Madeah (1993: 42) adalah:
Perceraian orang tua membuat temperamen anak terpengaruh, pengaruh yang tampak
secara jelas dalam perkembangan emosi itu membuat anak menjadi pemurung,
pemalas (menjadi agresif) yang ingin mencari perhatian orang tua/orang lain.
Mencari jati diri dalam suasana rumah tangga yang tumpang dan kurang serasi. Sedangkan
menurut Hetherington (Save M. Degum 1999: 197) “Peristiwa perceraian itu menimbulkan
ketidak stabilan emosi”.
Ketidak berartian pada diri remaja akan
mudah timbul jika peristiwa perceraian dialami oleh kedua orang tuanya,
sehingga dalam menjalani kehidupan remaja merasa bahwa dirinya adalah pihak
yang tidak diharapkan dalam kehidupan ini. (Alex Sobur, 1985: 282). Remaja yang
kebutuhannya kurang dipenuhi oleh orang tua emosi marahnya akan mudah
terpancing. Seperti yang dikemukakan oleh Hurlock (didalam Elida Priyitno. 2006:
74) “Hubungan antara kedua orang tua yang kurang harmonis terabaikannya
kebutuhan remaja akan menampakkan emosi marah”.
Jadi keluarga sangat berpengaruh pada
perkembangan emosi remaja karena keluarga yang tidak harmonis menyebabkan dalam
diri remaja merasa tidak nyaman dan kurang bahagia.
2.
Perkembangan Sosial Remaja
Menurut Brim (dalam Elida Prayitno. 2006:
81) “Tingkah laku sosial kelompok yang memungkinkan seseorang berpartisipasi
secara efektif dalam kelompok atau masyarakat. Dampak keluarga Broken Home
terhadap perkembangan sosial remaja menurut Sunggih D Gunawan 1995: 108 adalah:
Perceraian orang tua menyebabkan tumbuh pograan infenority terhadap kemampaun
dan kedudukannya, dia merasa rendah diri menjadi takut untuk meluarkan pergaualannya
dengan teman-teman.
Sedangkan Willson Nadeeh (1993: 42)
menyatakan bahwa: Anak sulit menyesuaikan diri dengan lingkungan. Anak yang
dibesarkan dikeluarga pincang, cendrung sulit menyesuaikan diri dengan
lingkungan. kesulitan itu datang secara alamiah dari diri anak tersebut.
Dampak bagi remaja putri menurut
Hethagton (dalam santrok 1996: 2000) menyatakan bahwa: Remaja putri yang tidak
mempunyai ayah berperilaku dengan salah satu cara yang ekstrim terhadap
laki-laki, mereka sangat menarik diri pasif dan minder kemungkinan yang kedua
terlalu aktif, agresif dan genit.
Jadi keluarga broken home sangat
berpengaruh pada perkembangan sosial remaja karena dari keluarga remaja
menampilkan bagaimana cara bergaul dengan teman dan masyarakat.
3.
Perkembangan Kepribadian
Perceraian ternyata memberikan dampak
kurang baik terhadap perkembangan kepribadian remaja. Menurut Westima dan
Haller (dalam Syamsyu Yusuf 2001: 99) yaitu bahwa remaja yang orang tuanya
bercerai cenderung menunjukkan ciri-ciri :
a.
Berpilaku nakal.
b.
Mengalami depresi.
c.
Melakukan hubungan seksual secara aktif.
d.
Kecenderungan pada obat-obat terlarang.
Keadaan keluarga yang tidak harmonis
tidak stabil atau berantakan (broken home) merupakan faktor penentu bagi
perkembangan kepribadian remaja yang tidak sehat. Perilaku menyimpang pada diri
remaja dapat terjadi oleh beberapa faktor, salah satunya menurut Mujiran Dkk
(1999: 23) “Apabila ada satu atau lebih kebutuhan dasar manusia itu tidak
terpenuhi maka akan terjadi prilaku menyimpang dan merugikan diri remaja itu
sendiri maupun orang lain.
PENUTUP
Simpulan
Sebuah
penelitian yang dilakukan di University of California, Los Angeles setelah
mempelajari masalah dalam (kurang lebih) 2000 keluarga, membuktikan bahwa anak
tetap menjadi korban ‘empuk’ dalam pertikaian rumah tangga. Efek pertikaian
ini, biasanya akan membuat anak cenderung melakukan hal-hal negatif diluar
kebiasaannya.
Faktor-faktor penyebab keluarga broken
home, antara lain: terjadinya perceraian, ketidakdewasaan
sikap orang tua, orang tua yang kurang memiliki rasa
tanggung jawab, jauh dari Tuhan, adanya
masalah ekonomi, kehilangan kehangatan di dalam keluarga antara orang tua dan
anak,
adanya
masalah pendidikan.
Dampak keluarga broken home pada perkembangan
anak, yaitu:
1. Perkembangan Emosi, keluarga sangat
berpengaruh pada perkembangan emosi remaja karena keluarga yang tidak harmonis
menyebabkan dalam diri remaja merasa tidak nyaman dan kurang bahagia.
2. Perkembangan Sosial Remaja, keluarga
broken home sangat berpengaruh pada perkembangan sosial remaja karena dari
keluarga remaja menampilkan bagaimana cara bergaul dengan teman dan masyarakat.
3. Perkembangan
Kepribadian, keadaan keluarga yang tidak harmonis tidak stabil atau berantakan
(broken home) merupakan faktor
penentu bagi perkembangan kepribadian remaja yang tidak sehat.
DAFTAR
PUSTAKA