Minggu, 16 Juni 2013

KONSELING SEBAGAI SUATU SISTEM



Sistem merupakan kesatuan yang kompleks dan terorganisasi maupun sistem juga merupakan kumpulan terpadu elemen-elemen yang berinteraksi, yang dirancang untuk menjalankan fungsi yang telah ditentukan dengan baik. Sistem juga diartikan sebagai struktur atau organisasi suatu kesatuan yang secara jelas menunjukkan interelasi bagian-bagian, dengan satu sama lain dengan kesatuan itu sendiri.
Konseling sebagai suatu sistem adalah cara memandang unsur-unsur yang terdapat dalam proses konseling sebagai suatu sistem dengan mengkaji secara seksama dan mendalam hubungan antara unsur yang satu dengan yang lain dalam kaitannya dengan masalah konseli sehingga konselor akan dapat menetapkan alternative bantuan atau teknik konseling yang sesuai, dalam upaya membantu konseli mewujudkan bahwa dirinya sebagai individu yang memiliki pribadi yang mandiri.
Suatu sistem terdiri dari bagian-bagian yang saling mempengaruhi dan bekerja sama untuk mencapai tujuan. Komponen dasar sistem adalah masukan, proses, dan keluaran.
1.      Masukan merupakan komponen awal untuk pengorganisasian sebuah sistem.
2.      Proses merupakan kegiatan yang dapat mengubah masuka menjadi keluaran.
3.      Keluaran sebagai hasil dari suatu operasi.
Unsur-unsur yang memungkinkan sistem itu berfungsi dalam keseimbangan adalah kontrol dan umpan balik. Kontrol dan umpan balik merupakan komponen dasar dalam system seperti halnya masukan, proses, dan keluaran. Kontrol pada hakekatnya menjaga sistem agar bekerja dalam batas-batas pelaksanaan tertentu. Konseling yang disusun berdasarkan suatu sistem mengadakan penyesuaian atau peninjauan kembali kegiatan pemrosesannya, tetapi juga system itu meninjau kembali dan mengubah tolok ukurnya (baik berupa sasaran, target, tujuan maupun yang lainnya). Suatu sistem dikatakan baik apabila sanggup mempertahankan kondisi keseimbangan terhadap perubahan lingkungan.
Konseling dapat terlaksana dengan efektif dan efisien apabila semua unsur yang terlibat dalam proses konseling dipandang sebagai system. Variabel-variabel (komponen-komponen) sistem dalam konseling yaitu:
1.   Input
*      Raw input (siswa/individu)
*      Instrumental input (konselor, program, tahapan, dan sarana)
*      Environmental input (norma, tujuan, lingkungan sekolah)
2.   Proses atau Perantara
*      Relasi/interaksi
*      Perlakuan
*      Kontrak perilaku yang disepakati untuk dikuasai/diubah
*      Dinamika
3.   Output
*      Perubahan perilaku
*      Penguasaan tugas-tugas perkembangan
*      Keberfungsiannya dalam sistem

Di dalam sistem hubungan antara komponen satu dengan komponen lain dikaji secara khusus dan mendalam dalam kaitannya dengan tujuan yang ingin dicapai oleh individu yang dilayani. Proses konseling menyangkut menyangkut proses perilaku individu di dalam sistem, sehingga yang menjadi target intervensi konseling bukanlah individu yang terlepas dari system, melainkan individu di dalam sistem, sehingga kepedulian utama terletak pada interaksi individu dalam sistem.
Proses konseling pada dasarnya proses perubahan perilaku individu dalam sistem, dan kepedulian utamanya terletak pada interaksi individu dalam sistem. Individu dalam sistem mempunyai tujuan yang ingin dicapai melalui konseling. Tujuan yang ingin dicapai adalah perubahan perilaku pada diri individu, baik dalam bentuk pandangan, sikap, sifat maupun keterampilan yang lebih memungkinkan individu dapat menerima, mewujudkan diri, mengembangkan diri, mencegah dan mampu mengatasi permasalahan secarara optimal sebagai wujud dari individu yang memiliki pribadi mandiri.
Dalam proses konseling terdapat beberapa komponen yang harus dipandang sebagai suatu sistem. Maksudnya konselor harus berpikir secara sistematik dalam memperhatikan hubungan komponen-komponen yang terkait dengan kebutuhan yang dibawa oleh siswa/individu dalam konseling (individual/kelompok), baik yang terfokus pada pengembangan pribadi, pencegahan, dan pengatasan masalah. Dengan cara demikian memungkinkan konselor bekerja secara efektif dan efisien dalam membantu siswa melalui layanan konseling.
Siswa sebagai individu yang dilayani merupakan komponen dasar dalam sistem konseling, yang mengikat satu sama lain, tidak hanya membawa masalah, kebutuhan yang perlu dipecahkan dan dipebuhi, tetapi secara keseluruhan ia memiliki kualitas seperti:
ü  Kesehatan fisik
ü  Penampilan
ü  Sifat genetik
ü  Usia               
ü  Suku
ü  Bangsa
ü  Adat istiadat
ü  Jenis kelamin
ü  Status sosial-ekonomi
ü  Struktur motivasi
ü  Latar belakang lingkungan, dan lain-lain
Serangkaian nilai yang memberi warna dan sikap terhadap diri sendiri dan orang lain, sehingga individu menjadi seorang yang unik. Dengn demikian konselor (atau anggota lain dalam konseling kelompok) harus siap member respon terhadap keunikan-keunikan individu.
Konselor merupakan komponen dasar untuk pengoperasian sebuah sistem, yaitu sistem konseling. Konselor dalam proses konseling harus menguasai dan mengembangkan kemampuan (keterampilan) dan sikap yang memadahi untuk terselenggaranya proses kegiatan secara efektif. Konselor harus mampu mengembangkan hubungan antara konselor denag konseli atau anggota kelompok, dan antar anggota kelompok (dalam konseling kelompok) yang didasarkan pada kepercayaan, pengertian, dan rasa menghargai. Konselor harus memiliki kesadaran dan disiplin diri yang memungkinkan pengontrolan kebutuhan dan tingkah laku dirinya sendiri, sementara menjadi empati dan obyektif terhadap kebutuhan konseli.
Program sebagai komponen masukan instrumental dalam sistem konseling yaitu seperangkat kegiatan konseling yang dirancang secara terencana, terorganisasi, terkoordinasi selama periode waktu tertentu dan dilakukan secara berkaitan untuk mencapai tujuan. Kejelasan dan ketepatan penyusunan program memegang peranan penting dalam rangka keberhasilan pelaksanaan konseling di sekolah. Tujuan penyusunan program ialah agar kegiatan di sekolah dapat terlaksana dengan lancer, efektif, dan efisien, serta hasil-hasilnya dapat dievaluasi. Tersusun dan terlaksananya program konseling dengan baik akan menjamin pencapaian tujuan konseling pada khususnya dan tujuan sekolah pada umumnya. Pelaksanaan program konseling terfokus pada pengembangan pribadi, pencegahan, dan pengatasan masalah siswa yang berkaiatan dengan pribadi, sosial, belajar, karir.
Sarana merupakan seperangkat alat bantu untuk memperlancar proses konseling. Sarana sebagai perangkat alat bantu akan mempermudah konselor dan konseli sebagai personil sistem dalam mencapai tujuan. Sarana yang dimaksudkan dalam komponen instrumental system konseling, yaitu ruangan, tempat duduk dan perlengkapan administrasi lain untuk kegiatan konseling.
Tahapan sebagai komponen dalam sistem konseling yang digunakan oleh konselor sebagai personil sistem dalam pemrosesan masukan menjadi keluaran. Tahapan dalam konseling kelompok meliputi tahap permulaan, tahap peralihan, tahap kegiatan, dan tahap akhir. Tahapan dalam konseling individual meliputi tahap permulaan, tahap kegiatan, dan tahap akhir.
Norma adalah petunjuk yang harus dijalankan oleh konselor dan konseli sebelum, selama, dan sesudah kegiatan konseling. Norma konseling yang berupa ketentuan berkenaan dengan pengembangan suasana interaksi yang akrab, hangat permisif, terbuka, kerahasiaan.
Tujuan dirumuskan berdasarkan kebutuhan siswa, perkembangan siswa dan tuntutan lingkungan. Tujuan yang ditetapkan dalam konseling adalah target yang harus dipenuhi, motivator bagi konselor dan konseli, merupakan imbalan dari hasil usaha. Tujuan konseling merupakan kompas petunjuk arah kemana konseling harus menuju, dan apa yang ingin dicapai dari kegiatan konseling. Tujuan ialah kondisi yang diinginkan dalam sistem konseling setelah terjadi proses dari masukan menjadi keluaran.
Hakikat konseling terletak pada keterkaitan antara lingkungan belajar dengan perkembangan siswa, dan konselor berperan sebagai fasilitator.
Proses yang menyangkut jenis relasi/interaksi, perlakuan, dan kontrak perlakuan/perkembangan merupakan komponen inti dalam sistem konseling yang merubah masukan menjadi keluaran. Proses konseling mengacu pada konselor dan konseli yang bekerjasama atas dasar beberapa kebutuhan, masalah, dan atas dasar tujuan tertentu, dengan memanfaatkan program yang telah ditetapkan, norma yang disepakati, sarana yang tersedia, melalui tahapan permulaan, kegiatan, dan akhir. Proses konseling dimonitor dan dievaluasi sejak awal sampai akhir konseling, sehingga merupakan suatu proses berkelanjutan.
Hasil konseling merupakan hasil relasi/interaksi antara komponen sistem yang berlangsung dalam sistem konseling. Hasil konseling bisa positif dan bisa negative untuk setiap individu.
Komponen-komponen yang terkandung dalam konseling sebagai suatu sistem, harus baik dan terpadu, sebab dapat menunjang lancarnya pencapaian tujuan konseling secara optimal.

0 komentar:

Posting Komentar

About this blog

Link Partners

Category

Sponsors

Labels

Blogger templates

Sponsor

Banner 468 x 60px

Link List

Diberdayakan oleh Blogger.

Category

Category

Popular Posts

Followers

Search This Blog

Popular Posts