Sistem merupakan kesatuan yang kompleks dan terorganisasi
maupun sistem juga merupakan kumpulan terpadu elemen-elemen yang berinteraksi,
yang dirancang untuk menjalankan fungsi yang telah ditentukan dengan baik.
Sistem juga diartikan sebagai struktur atau organisasi suatu kesatuan yang
secara jelas menunjukkan interelasi bagian-bagian, dengan satu sama lain dengan
kesatuan itu sendiri.
Konseling sebagai suatu sistem adalah cara memandang
unsur-unsur yang terdapat dalam proses konseling sebagai suatu sistem dengan
mengkaji secara seksama dan mendalam hubungan antara unsur yang satu dengan
yang lain dalam kaitannya dengan masalah konseli sehingga konselor akan dapat
menetapkan alternative bantuan atau teknik konseling yang sesuai, dalam upaya
membantu konseli mewujudkan bahwa dirinya sebagai individu yang memiliki
pribadi yang mandiri.
Suatu sistem terdiri dari bagian-bagian yang saling
mempengaruhi dan bekerja sama untuk mencapai tujuan. Komponen dasar sistem
adalah masukan, proses, dan keluaran.
1. Masukan merupakan komponen awal
untuk pengorganisasian sebuah sistem.
2. Proses merupakan kegiatan yang dapat
mengubah masuka menjadi keluaran.
3. Keluaran sebagai hasil dari suatu
operasi.
Unsur-unsur yang memungkinkan sistem
itu berfungsi dalam keseimbangan adalah kontrol dan umpan balik. Kontrol dan
umpan balik merupakan komponen dasar dalam system seperti halnya masukan,
proses, dan keluaran. Kontrol pada hakekatnya menjaga sistem agar bekerja dalam
batas-batas pelaksanaan tertentu. Konseling yang disusun berdasarkan suatu
sistem mengadakan penyesuaian atau peninjauan kembali kegiatan pemrosesannya,
tetapi juga system itu meninjau kembali dan mengubah tolok ukurnya (baik berupa
sasaran, target, tujuan maupun yang lainnya). Suatu sistem dikatakan baik
apabila sanggup mempertahankan kondisi keseimbangan terhadap perubahan
lingkungan.
Konseling dapat terlaksana dengan
efektif dan efisien apabila semua unsur yang terlibat dalam proses konseling
dipandang sebagai system. Variabel-variabel (komponen-komponen) sistem dalam
konseling yaitu:
1. Input
Raw
input (siswa/individu)
Instrumental
input (konselor, program, tahapan, dan sarana)
Environmental
input (norma, tujuan, lingkungan sekolah)
2. Proses atau Perantara
Relasi/interaksi
Perlakuan
Kontrak
perilaku yang disepakati untuk dikuasai/diubah
Dinamika
3. Output
Perubahan
perilaku
Penguasaan
tugas-tugas perkembangan
Keberfungsiannya
dalam sistem
Di dalam sistem hubungan antara
komponen satu dengan komponen lain dikaji secara khusus dan mendalam dalam
kaitannya dengan tujuan yang ingin dicapai oleh individu yang dilayani. Proses
konseling menyangkut menyangkut proses perilaku individu di dalam sistem,
sehingga yang menjadi target intervensi konseling bukanlah individu yang
terlepas dari system, melainkan individu di dalam sistem, sehingga kepedulian
utama terletak pada interaksi individu dalam sistem.
Proses konseling pada dasarnya
proses perubahan perilaku individu dalam sistem, dan kepedulian utamanya
terletak pada interaksi individu dalam sistem. Individu dalam sistem mempunyai
tujuan yang ingin dicapai melalui konseling. Tujuan yang ingin dicapai adalah
perubahan perilaku pada diri individu, baik dalam bentuk pandangan, sikap,
sifat maupun keterampilan yang lebih memungkinkan individu dapat menerima,
mewujudkan diri, mengembangkan diri, mencegah dan mampu mengatasi permasalahan
secarara optimal sebagai wujud dari individu yang memiliki pribadi mandiri.
Dalam proses konseling terdapat
beberapa komponen yang harus dipandang sebagai suatu sistem. Maksudnya konselor
harus berpikir secara sistematik dalam memperhatikan hubungan komponen-komponen
yang terkait dengan kebutuhan yang dibawa oleh siswa/individu dalam konseling
(individual/kelompok), baik yang terfokus pada pengembangan pribadi,
pencegahan, dan pengatasan masalah. Dengan cara demikian memungkinkan konselor
bekerja secara efektif dan efisien dalam membantu siswa melalui layanan
konseling.
Siswa sebagai individu yang dilayani
merupakan komponen dasar dalam sistem konseling, yang mengikat satu sama lain,
tidak hanya membawa masalah, kebutuhan yang perlu dipecahkan dan dipebuhi,
tetapi secara keseluruhan ia memiliki kualitas seperti:
ü Kesehatan fisik
ü Penampilan
ü Sifat genetik
ü Usia
ü Suku
ü Bangsa
ü Adat istiadat
ü Jenis kelamin
ü Status sosial-ekonomi
ü Struktur motivasi
ü Latar belakang lingkungan, dan
lain-lain
Serangkaian nilai yang memberi warna
dan sikap terhadap diri sendiri dan orang lain, sehingga individu menjadi
seorang yang unik. Dengn demikian konselor (atau anggota lain dalam konseling
kelompok) harus siap member respon terhadap keunikan-keunikan individu.
Konselor merupakan komponen dasar
untuk pengoperasian sebuah sistem, yaitu sistem konseling. Konselor dalam
proses konseling harus menguasai dan mengembangkan kemampuan (keterampilan) dan
sikap yang memadahi untuk terselenggaranya proses kegiatan secara efektif.
Konselor harus mampu mengembangkan hubungan antara konselor denag konseli atau
anggota kelompok, dan antar anggota kelompok (dalam konseling kelompok) yang
didasarkan pada kepercayaan, pengertian, dan rasa menghargai. Konselor harus
memiliki kesadaran dan disiplin diri yang memungkinkan pengontrolan kebutuhan
dan tingkah laku dirinya sendiri, sementara menjadi empati dan obyektif
terhadap kebutuhan konseli.
Program sebagai komponen masukan
instrumental dalam sistem konseling yaitu seperangkat kegiatan konseling yang
dirancang secara terencana, terorganisasi, terkoordinasi selama periode waktu
tertentu dan dilakukan secara berkaitan untuk mencapai tujuan. Kejelasan dan
ketepatan penyusunan program memegang peranan penting dalam rangka keberhasilan
pelaksanaan konseling di sekolah. Tujuan penyusunan program ialah agar kegiatan
di sekolah dapat terlaksana dengan lancer, efektif, dan efisien, serta
hasil-hasilnya dapat dievaluasi. Tersusun dan terlaksananya program konseling
dengan baik akan menjamin pencapaian tujuan konseling pada khususnya dan tujuan
sekolah pada umumnya. Pelaksanaan program konseling terfokus pada pengembangan
pribadi, pencegahan, dan pengatasan masalah siswa yang berkaiatan dengan
pribadi, sosial, belajar, karir.
Sarana merupakan seperangkat alat
bantu untuk memperlancar proses konseling. Sarana sebagai perangkat alat bantu
akan mempermudah konselor dan konseli sebagai personil sistem dalam mencapai
tujuan. Sarana yang dimaksudkan dalam komponen instrumental system konseling,
yaitu ruangan, tempat duduk dan perlengkapan administrasi lain untuk kegiatan
konseling.
Tahapan sebagai komponen dalam sistem
konseling yang digunakan oleh konselor sebagai personil sistem dalam pemrosesan
masukan menjadi keluaran. Tahapan dalam konseling kelompok meliputi tahap
permulaan, tahap peralihan, tahap kegiatan, dan tahap akhir. Tahapan dalam
konseling individual meliputi tahap permulaan, tahap kegiatan, dan tahap akhir.
Norma adalah petunjuk yang harus
dijalankan oleh konselor dan konseli sebelum, selama, dan sesudah kegiatan
konseling. Norma konseling yang berupa ketentuan berkenaan dengan pengembangan
suasana interaksi yang akrab, hangat permisif, terbuka, kerahasiaan.
Tujuan dirumuskan berdasarkan
kebutuhan siswa, perkembangan siswa dan tuntutan lingkungan. Tujuan yang
ditetapkan dalam konseling adalah target yang harus dipenuhi, motivator bagi
konselor dan konseli, merupakan imbalan dari hasil usaha. Tujuan konseling
merupakan kompas petunjuk arah kemana konseling harus menuju, dan apa yang
ingin dicapai dari kegiatan konseling. Tujuan ialah kondisi yang diinginkan
dalam sistem konseling setelah terjadi proses dari masukan menjadi keluaran.
Hakikat konseling terletak pada
keterkaitan antara lingkungan belajar dengan perkembangan siswa, dan konselor
berperan sebagai fasilitator.
Proses yang menyangkut jenis
relasi/interaksi, perlakuan, dan kontrak perlakuan/perkembangan merupakan
komponen inti dalam sistem konseling yang merubah masukan menjadi keluaran.
Proses konseling mengacu pada konselor dan konseli yang bekerjasama atas dasar
beberapa kebutuhan, masalah, dan atas dasar tujuan tertentu, dengan
memanfaatkan program yang telah ditetapkan, norma yang disepakati, sarana yang
tersedia, melalui tahapan permulaan, kegiatan, dan akhir. Proses konseling
dimonitor dan dievaluasi sejak awal sampai akhir konseling, sehingga merupakan suatu
proses berkelanjutan.
Hasil konseling merupakan hasil relasi/interaksi
antara komponen sistem yang berlangsung dalam sistem konseling. Hasil konseling
bisa positif dan bisa negative untuk setiap individu.
Komponen-komponen yang terkandung
dalam konseling sebagai suatu sistem, harus baik dan terpadu, sebab dapat
menunjang lancarnya pencapaian tujuan konseling secara optimal.
0 komentar:
Posting Komentar